UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Toto Endargo, S.IP
Sekar gambuh ping catur
Kang cinatur polah kang
kalantur
Tanpa tutur katula-tula
katali
Kadaluwarsa katutur
Kapatuh pan dadi awon
Bencana diibaratkan sebagai “polah kang kalantur”,
polah yang keterlaluan, bencana dapat mengakibatkan banyak kerugian. Jika kita
tidak segera membicarakannya maka kita akan “katula-tula katali”,
berkepanjangan dalam penderitaan. Jika sampai kadaluwarsa atau terlambat mengurusnya
maka pasti dapat berdampak buruk, sulit diperbaiki walaupun kita telah berupaya.
Pengertian
Bencana
Bencana adalah suatu kejadian alam atau buatan
manusia, tiba-tiba atau progresive, yang menimbulkan dampak yang dahsyat
(hebat) sehingga masyarakat yang terkena atau terpengaruh harus merespon dengan
tindakan-tindakan yang luar biasa. Sejalan dengan hal tersebut perlu dilakukan
upaya-upaya yang preventif, sehingga dengan upaya tersebut kita dapat
meminimalisir dampak atau efek yang terjadi.
Berdasarkan hasil diskusi bersama dengan peserta
pelatihan SIBAT di Balaidesa Candiwulan, Kutasari, ada tiga ancaman bencana yang ada di
wilayah peserta pelatihan.
Berikut ini adalah hasil pembahasan berdasarkan
pengalaman, penghayatan, pendapat, dan pengetahuan dari peserta pelatihan.
1.
LISUS
Pengertian
Lisus
atau lebih dikenal dengan nama angin puting beliung adalah angin yang berputar
dengan cepat yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian antara 5 -
10 menit. Lisus sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim
pancaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena
dengan kecepatan putarnya lisus dapat mengangkat dan melemparkan benda yang
diterjangnya.
Gejala terjadinya Lisus
Beberapa
gejala terjadinya Lisus:
1.
Suhu udara yang cenderung panas dan membuat tidak nyaman, gerah.
2.
Di langit tampak ada pergerakan awan kumulus, awan putih bergerombol berlapis-lapis.
3.
Awan tiba-tiba berubah dari warna putih menjadi hitam pekat, menjadi awan
cumulonimbus.
4.
Ranting pohon doyong dan daun-daun bergoyang cepat oleh terpaan angin
yang terasa sangat dingin.
5.
Jika hal tersebut terjadi, kemungkinan akan terjadi hujan yang disertai
angin kencang.
Proses dan penyebab terjadinya lisus.
Angin
lisus biasanya terjadi pada musim pancaroba. Pada siang hari suhu udara panas,
pengap dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari tumbuh
awan secara vertical, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan
arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang
turun dengan kecepatan tinggi menghembus kepermukaan bumi secara tiba-tiba dan
berjalan secara acak. Penyebab lisus adalah udara panas dan udara dingin yang bertemu
dan saling bentrok sehingga terbentuklah angin lisus.
Dampak terjadinya Lisus
1.
Rusaknya rumah dan infra struktur suatu daerah
2.
Dapat menimbulkan korban jiwa manusia
3.
Rusaknya kebun-kebun warga dan kerugian material
4.
Banyaknya puing-puing dan sampah yang terbawa Lisus yang berserakan
mengotori lingkungan.
5.
Terganggunya kegiatan ekonomi warga.
Untuk
mengurangi risiko saat ada bencana lisus maka disarankan:
1.
Segera keluar dari rumah
2.
Selamatkan diri dan keluarga
3.
Mencari tempat yang aman:
a.
Hindari di bawah pohon yang dapat tumbang
b.
Hindari di bawah jendela kaca
c.
Matikan aliran listrik, api dan kompor gas
4.
Menyelamatkan lingkungan dan merawat yang perlu dirawat.
5.
Hubungi pihak berwenang
6.
Upayakan menanam pohon. Pohon dapat menyerap panas sehingga dapat
mengurangi perbedaan antara suhu udara panas dan suhu udara dingin.
2.
TANAH LONGSOR
Gerakan
tanah atau tergelincirnya
lapisan tanah dalam jumlah besar, terjadi secara perlahan-lahan atau secara
tiba-tiba. Daerah yang rawan terjadi tanah longsor
adalah: Di bawah lereng bukit, di dekat saluran pembuangan air dan di lereng bukit.
Penyebab Tanah Longsor
- Hujan: Ancaman tanah
longsor biasanya dimulai seiring dengan meningkatnya hujan. Musim kemarau menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Muncullah
pori-pori atau rongga tanah, terjadinya retakan dan rekahan tanah di
permukaan. Saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun
dengan cepat mengembang kembali. Hujan lebat dapat menimbulkan longsor
karena melalui tanah yang merekah. Air masuk dan terakumulasi di bagian
dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan tanah menuju satu arah. Jika ada
pepohonan di permukaan tanah, maka longsoran pasti dapat dicegah karena
air hujan akan diserap lebih dahulu oleh para tumbuhan. Di samping itu
akar tumbuhan dapat berfungsi sebagai pengikat tanah.
- Lereng
terjal:
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut,
dan angin.
- Tanah
yang kurang padat dan tebal: Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah
lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dalam bentuk
lereng. Tanah jenis sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi
lembek jika terkena air hujan dan pecah jika udara terlalu panas.
- Batuan
yang kurang kuat: Pada umumnya, batuan endapan gunung api dan batuan sedimen
berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang
kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses
pelapukan. Mudah longsor apabila ia berada pada lereng yang terjal.
- Jenis
tata lahan: Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya
tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam.
- Pengikisan
atau erosi: Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing.
Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing
akan menjadi terjal.
- Penggundulan
hutan:
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul karena pengikatan
terhadap air tanah sangat kurang.
Tanda-tanda
kemungkinan akan terjadinya tanah longsor:
1.
Hujan lebat terus menerus di perbukitan
2.
Warna air sungai menjadi
lebih keruh
yang disebabkan oleh longsoran tanah
3.
Munculnya
rembesan air atau retakan tanah di perbukitan
4.
Terdengar suara gemuruh yang diawali dengan longsoran kecil.
Untuk
menghindari bencana tanah longsor maka disarankan:
1.
Jangan membangun rumah di
daerah yang rawan longsor.
2.
Jangan menebang pohon
sembarangan.
3.
Tanamlah pohon di bukit-bukit dan di sekitar lingkungan
kita
4.
Buatlah tanda peringatan
dini yang telah
disepakati bersama.
3.
Bahaya Gunung Berapi
Tanda-tanda gunung akan meletus:
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain
1. Suhu di
sekitar gunung naik.
2. Mata air
menjadi kering
3. Sering
mengeluarkan suara gemuruh, geledeg, kadang disertai getaran (gempa)
4. Tumbuhan
di sekitar gunung layu
5. Binatang
di sekitar gunung turun
Bahaya Gunung Berapi:
Berikut
adalah hal yang membahayakan dari gunung berapi, antara lain :
- Gas
vulkanik: Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada
saat meletus. Gas tersebut dapat membahayakan manusia.
- Lava
dan aliran pasir serta batu panas: Lava adalah cairan magma
dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam bumi ke permukaan melalui
kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava
kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan
membentuk bermacam-macam batuan.
- Lahar: Lahar
adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya.
Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
- Hujan
Abu: Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat
terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan
dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu
pernapasan.
- Awan
Panas: Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di
dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik
padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat
mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan,
leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
4.
UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Upaya untuk mengurangi risiko bencana terhadap warga maka apabila
bencana yang tidak kita harapkan ini benar-benar datang adalah:
1.
Jangan panik dan tetap waspada
2.
Segera menyelamatkan diri dan menyelamatkan keluarga
3.
Jika sempat amankan harta benda dan dokumen penting
4.
Mencari tempat yang aman, misalkan tempat terbuka
5.
Ikut menyelamatkan lingkungan dengan cara:
a.
Membunyikan tanda bencana
b.
Merawat mereka yang perlu dirawat
6.
Menghubungi petugas yang berwenang.
7.
Pada keadaan tertentu harus segera mengikuti
jalur evakuasi.
Setelah terjadi bencana hendaknya:
1.
Tetap jauhi daerah bencana jika masih
membahayakan
2.
Berikan pertolongan semampunya kepada orang yang
memerlukan
3.
Ikut terus informasi untuk memastikan bahwa semua
sudah berada di tempat yang tepat dan aman
4.
Kembali ke rumah jika situasi dan kondisi tempat tinggal
sudah dinyatakan aman.
Candiwulan,
19 November 2014
1 komentar:
Salam pak toto endargo
Kapan ada kumpul pelatihan prb lagi di kutasari pak.
Saya ikut
Posting Komentar