Rabu, 19 November 2014

UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA

UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Toto Endargo, S.IP

Pelajaran dari Sekar Gambuh
Sekar gambuh ping catur
Kang cinatur polah kang kalantur
Tanpa tutur katula-tula katali
Kadaluwarsa katutur
Kapatuh pan dadi awon

Bencana diibaratkan sebagai “polah kang kalantur”, polah yang keterlaluan, bencana dapat mengakibatkan banyak kerugian. Jika kita tidak segera membicarakannya maka kita akan “katula-tula katali”, berkepanjangan dalam penderitaan. Jika sampai kadaluwarsa atau terlambat mengurusnya maka pasti dapat berdampak buruk, sulit diperbaiki walaupun kita telah berupaya.

Pengertian Bencana
Bencana adalah suatu kejadian alam atau buatan manusia, tiba-tiba atau progresive, yang menimbulkan dampak yang dahsyat (hebat) sehingga masyarakat yang terkena atau terpengaruh harus merespon dengan tindakan-tindakan yang luar biasa. Sejalan dengan hal tersebut perlu dilakukan upaya-upaya yang preventif, sehingga dengan upaya tersebut kita dapat meminimalisir dampak atau efek yang terjadi.
Berdasarkan hasil diskusi bersama dengan peserta pelatihan SIBAT di Balaidesa Candiwulan, Kutasari, ada tiga ancaman bencana yang ada di wilayah peserta pelatihan.
Berikut ini adalah hasil pembahasan berdasarkan pengalaman, penghayatan, pendapat, dan pengetahuan dari peserta pelatihan.


1.      LISUS
Pengertian
Lisus atau lebih dikenal dengan nama angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan cepat yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian antara 5 - 10 menit. Lisus sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pancaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan kecepatan putarnya lisus dapat mengangkat dan melemparkan benda yang diterjangnya.

Gejala terjadinya Lisus
Beberapa gejala terjadinya Lisus:
1.      Suhu udara yang cenderung panas dan membuat tidak nyaman, gerah.
2.      Di langit tampak ada pergerakan awan kumulus,  awan putih bergerombol berlapis-lapis.
3.      Awan tiba-tiba berubah dari warna putih menjadi hitam pekat, menjadi awan cumulonimbus.
4.      Ranting pohon doyong dan daun-daun bergoyang cepat oleh terpaan angin yang terasa sangat dingin.
5.      Jika hal tersebut terjadi, kemungkinan akan terjadi hujan yang disertai angin kencang.

Proses dan penyebab terjadinya lisus.
Angin lisus biasanya terjadi pada musim pancaroba. Pada siang hari suhu udara panas, pengap dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari tumbuh awan secara vertical, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan tinggi menghembus kepermukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak. Penyebab lisus adalah udara panas dan udara dingin yang bertemu dan saling bentrok sehingga terbentuklah angin lisus.

Dampak terjadinya Lisus
1.      Rusaknya rumah dan infra struktur suatu daerah
2.      Dapat menimbulkan korban jiwa manusia
3.      Rusaknya kebun-kebun warga dan kerugian material
4.      Banyaknya puing-puing dan sampah yang terbawa Lisus yang berserakan mengotori lingkungan.
5.      Terganggunya kegiatan ekonomi warga.

Untuk mengurangi risiko saat ada bencana lisus maka disarankan:
1.      Segera keluar dari rumah
2.      Selamatkan diri dan keluarga
3.      Mencari tempat yang aman:
a.      Hindari di bawah pohon yang dapat tumbang
b.      Hindari di bawah jendela kaca
c.       Matikan aliran listrik, api dan kompor gas
4.      Menyelamatkan lingkungan dan merawat yang perlu dirawat.
5.      Hubungi pihak berwenang
6.      Upayakan menanam pohon. Pohon dapat menyerap panas sehingga dapat mengurangi perbedaan antara suhu udara panas dan suhu udara dingin.

2.      TANAH LONGSOR
Pengertian
Gerakan tanah atau tergelincirnya lapisan tanah dalam jumlah besar, terjadi secara perlahan-lahan atau secara tiba-tiba. Daerah yang rawan terjadi tanah longsor adalah: Di bawah lereng bukit, di dekat saluran pembuangan air dan di lereng bukit.

Penyebab Tanah Longsor
  1. Hujan: Ancaman tanah longsor biasanya dimulai seiring dengan meningkatnya hujan. Musim kemarau menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Muncullah pori-pori atau rongga tanah, terjadinya retakan dan rekahan tanah di permukaan. Saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Hujan lebat dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah. Air masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan tanah menuju satu arah. Jika ada pepohonan di permukaan tanah, maka longsoran pasti dapat dicegah karena air hujan akan diserap lebih dahulu oleh para tumbuhan. Di samping itu akar tumbuhan dapat berfungsi sebagai pengikat tanah.
  2. Lereng terjal: Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
  3. Tanah yang kurang padat dan tebal: Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dalam bentuk lereng. Tanah jenis sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air hujan dan pecah jika udara terlalu panas.
  4. Batuan yang kurang kuat: Pada umumnya, batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan. Mudah longsor apabila ia berada pada lereng yang terjal.
  5. Jenis tata lahan: Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam.
  6. Pengikisan atau erosi: Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
  7. Penggundulan hutan: Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul karena pengikatan terhadap air tanah sangat kurang.
Tanda-tanda kemungkinan akan terjadinya tanah longsor:
1.      Hujan lebat terus menerus di perbukitan
2.      Warna air sungai menjadi lebih keruh yang disebabkan oleh longsoran tanah
3.      Munculnya rembesan air atau retakan tanah di perbukitan
4.      Terdengar suara gemuruh yang diawali dengan longsoran kecil.

Untuk menghindari bencana tanah longsor maka disarankan:
1.         Jangan membangun rumah di daerah yang rawan longsor.
2.         Jangan menebang pohon sembarangan.
3.         Tanamlah pohon di bukit-bukit dan di sekitar lingkungan kita
4.         Buatlah tanda peringatan dini yang telah disepakati bersama.

3.      Bahaya Gunung Berapi
Tanda-tanda gunung akan meletus:
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain
1.      Suhu di sekitar gunung naik.
2.      Mata air menjadi kering
3.      Sering mengeluarkan suara gemuruh, geledeg, kadang disertai getaran (gempa)
4.      Tumbuhan di sekitar gunung layu
5.      Binatang di sekitar gunung turun

Bahaya Gunung Berapi
Berikut adalah hal yang membahayakan dari gunung berapi, antara lain : 
  1. Gas vulkanik: Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut dapat membahayakan manusia.
  2. Lava dan aliran pasir serta batu panas: Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
  3. Lahar: Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
  4. Hujan Abu: Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
  5. Awan Panas: Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.

4.      UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Upaya untuk mengurangi risiko bencana terhadap warga maka apabila bencana yang tidak kita harapkan ini benar-benar datang adalah:
1.      Jangan panik dan tetap waspada
2.      Segera menyelamatkan diri dan menyelamatkan keluarga
3.      Jika sempat amankan harta benda dan dokumen penting
4.      Mencari tempat yang aman, misalkan tempat terbuka
5.      Ikut menyelamatkan lingkungan dengan cara:
a.      Membunyikan tanda bencana
b.      Merawat mereka yang perlu dirawat
6.      Menghubungi petugas yang berwenang.
7.      Pada keadaan tertentu harus segera mengikuti jalur evakuasi.

Setelah terjadi bencana hendaknya:
1.      Tetap jauhi daerah bencana jika masih membahayakan
2.      Berikan pertolongan semampunya kepada orang yang memerlukan
3.      Ikut terus informasi untuk memastikan bahwa semua sudah berada di tempat yang tepat dan aman
4.      Kembali ke rumah jika situasi dan kondisi tempat tinggal sudah dinyatakan aman.


Candiwulan, 19 November 2014 

1 komentar:

Rian Priyanto mengatakan...

Salam pak toto endargo
Kapan ada kumpul pelatihan prb lagi di kutasari pak.
Saya ikut