Rabu, 19 September 2012

SEERR – GLOTHAK

SEERR – GLOTHAK 

Sebuah permainan sederhana tanpa alat, jika mampu memainkannya dengan baik, tertib dan riang, hasilnya lucu dan menyenangkan! 
Berdirilah di depan anak-anak dengan percaya diri. 
Berilah komentar awal bahwa kita akan menilai apakah mereka memiliki sinkronisasi yang baik antara;    
     a.   Penglihatan  - Mata
     b.   Spontanitas – Pikiran
     c.   Ucapan      --- Mulut

Perhatikan dan buatlah tiga gerakan tangan berikut ini:

Gerakan 1:
Telapak tangan kanan telungkup, hadap ke bawah. Buatlah gerakan menebas, horizontal, setinggi perut, jangan terlalu cepat, dari kiri ke kanan.

Gerakan 2:
Telapak tangan hadap ke bawah lalu balikkan telapak tangan hingga telentang

Gerakan 3:
Kepalkan telapak tangan kanan, acungkan dengan segera hingga melewati tinggi pundak. 


Perhatikan peraturan/perintah berikut ini, yang harus diucapkan oleh anak-anak secara serempak.
1.   Pada gerakan 1, anak-anak harus mengucapkan kata: SEERRRRRR…!
2.   Pada gerakan 2, anak-anak harus mengucapkan kata: GLOTHAK!
3.   Pada gerakan 3, anak-anak harus mengucapkan kata: MERDEKA!
 
Cobalah beberapa kali saja, yang penting anak paham bahwa dalam keadaan apapun jika Pembina tiba-tiba membuat Gerakan 1, mereka harus bunyi; SEER, Gerakan 2, bunyi; GLOTHAK dan Gerakan 3, bunyi; MERDEKA! 
Sekarang cobalah berbicara sewajarnya seakan-akan sedang memberi pengumuman, memotivasi atau sedang memberi nasehat, namun di tengah kita berbicara sisipkan ketiga gerakan tersebut di beberapa bagian. Semoga anak-anak menghiasi kalimat-kalimat kita dengan bunyi: SEER - GLOTHAK - MERDEKA 

Cobalah Puisi berikut ini, ditampilkan dalam bentuk deklamasi, pengucapan puisi dibarengi dengan gerakan-gerakan tangan. Berdeklamasilah dengan tanpa mengurangi penghargaan kita terhadap puisi yang sangat populer ini! 

AKU
Oleh: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu 
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang 
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku 
Aku tetap meradang menerjang


Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari 
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Tidak ada komentar: